Selasa, 28 Oktober 2014

Ulasan Mranggen Sebagai Wilayah bagian dari Kabupaten Demak

Kota Mranggen terletak terletak di jalan regional Semarang - Purwodadi, kurang lebih 11 Km Timur Kota Semarang. Luas wilayah Kota Mranggen 260.012 Ha, dengan batas-batas sbb : Utara : Desa Jamus,Menur, Ngemplak dan Tamansari Selatan : Desa Banyumeneng, Kangkung dan Desa Sumber rejo. Timur : Desa Tamansari, Kalitengah dan Desa Kuripan Kec.Karangawen Barat : berbatasan dengan kecamatan Pedurungan kota Semarang.

Sebagai ibukota kecamatan, Kota Mranggen termasuk kota kecil yang paling cepat berkembang. Beberapa tahun terakhir ini, Kota Mranggen menunjukkan perkembangannya yang sangat menonjol. Variasi kegiatan ekonomi penduduknya berkembang dengan signifikan. Semua ini mendorong terciptanya pola penggunaan tanah yang semakin kompleks dan beragam.
Saat ini, Kota Mranggen memiliki fasilitas pasar umum yang sangat dominan mewarnai hampir semua kegiatan yang ada di sekitarnya. Keberadaan fasilitas perdagangan yang ada di jalan regional Semarang – Purwodadi ini menjadi pemicu tumbuhnya berbagai kegiatan, fasilitas ekonomi, sosial dan berkembangnya kawasan – kawasan terbangun baru. Hampir semua fasilitas perdagangan, jasa dan sosial berkembang pesat di pusat Kota Mranggen. Mulai dari sarana perdagangan / ekonomi, jasa, pendidikan, transportasi, permukiman dan sebagainya. Bahkan fasilitas-fasilitas sosial tingkat regional / kecamatanpun ada di pusat kota ini. Seperti Kantor Kecamatan, Kantor Kepolisian, SLTP, SMU/ SMK, Bank, Kantor Notaris, Apotek, BKIA, Toko Swalayan, Dealer Kendaraan, jasa perbengkelan dan sebagainya. Perkembangan pusat kota ini nampaknya banyak dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Kota Semarang, dimana luberan (Aglomerasi) Kota Semarang telah terjadi. Di Kota Mranggen, muncul kecenderungan tumbuh kawasan permukiman baru (ekstensifikasi) dan semakin tingginya kepadatan bangunan (intensifikasi) serta semakin beragamnya penggunaan tanah di sekitar jalan raya Semarang - Mranggen. Percepatan tumbuhnya kawasan terbangun ini dipicu juga dengan adanya beberapa pabrik dan / industri yang ada di Penggaron dan Karangawen. Masih relatif murahnya harga tanah di Kota Mranggen nampaknya juga ikut mendorong lajunya pertumbuhan kawasan terbangun. Tanah kosong yang berada di antara tanah terbangun yang beberapa tahun lalu masih berupa tegalan / sawah tadah hujan, akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh permukiman penduduk. Seperti di Desa Bandungrejo bagian Utara, Batursari bagian Utara, Brumbung bagian Utara serta Desa Mranggen bagian Timur .
 pasar mranggen sekarang

 rencana pembangunan pasar modern mranggen

Sedangkan Kota Mranggen bagian Selatan (yaitu termasuk wilayah Desa Batursari dan Desa Kebonbatur) dominasi penggunaan tanahnya adalah untuk permukiman. Perkembangan lahan terbangun di wilayah ini yang sangat cepat sebagai kawasan permukiman nampak jelas selama lima tahun terakhir. Hal ini sebagai akibat adanya pengusahaan / swasta / pengembang (investor) di kedua Desa ini. Mengingat permukiman juga pasti membutuhkan fasilitas sosial sebagai pendukungnya maka rencana penggunan tanah Kota Mranggen terutama di Bagian Selatan ini perlu disiapkan secara matang. Walaupun dari “pengembang” sudah disiapkan beberapa fasilitas pendukungnya namun untuk mengantisipasi berkembangnya volume dan ragam kebutuhan lahan di masa yang akan datang, perlu disiapkan rencana yang lebih baik.
Pola pergerakan penduduk di Kota Mranggen secara umum memengaruhi “struktur dan bentuk kota yang akan direncanakan. Kota Mranggen yang berbatasan dengan Kota Semarang dan dilalui oleh jalur ekonomi Semarang – Purwodadi memiliki potensi pertumbuhan kota yang sangat kuat. Pusat pelayanan ekonomi yang ada di Pasar Mranggen telah menarik potensi-potensi kegiatan ekonomi dan daerah hinterland berorientasi ke fasilitas tersebut (pasar). Akibatnya peruntukan lahan di sekitar pasar menjadi demikian padat dan rapat dengan berbagai aktivitas kota, baik aktifias ekonomi maupun aktivitas sosial. Daerah terbangun baru dan kecenderungan terjadinya alih fungsi peruntukan lahan berkembang pesat di sekitar pasar Mranggen. Pemicu proses perkembangan ini sebagian besar adalah para pendatang dari Kota Semarang yang jeli melihat prospek ekonomi yang terjadi di Kota Mranggen. Pertumbuhan yang cepat ini telah menyebabkan Kota Mranggen berkembang secara “alamiah” sesuai dengan kehendak penduduknya. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan pabrik-pabrik di sepanjang perbatasan Kota Mranggen – Semarang, telah besar pengaruhnya terhadap munculnya kawasan-kawasan permukiman baru, serta pola dan bentuk tata guna lahan yang ada di Kota Mranggen terutama di Desa Bandungrejo, Mranggen dan Batursari. Hal ini dapat dilihat di sepanjang jalur jalan Pasar Mranggen menuju Komplek Perumahan. Pucanggading dimana telah berkembang daerah permukiman di sekitar Dukuh Ndaleman Dukuh Gebangsari dan desa Mranggen Bagian Selatan.
Sebagian besar topografi tanah di Kota Mranggen merupakan tanah datar dan hanya sebagian kecil yang agak cekung / rendah (yaitu di Desa Batursari dan Mranggen bagian Utara). Oleh karenanya, di kedua Desa ini di musim penghujan sering terjadi genangan air/ banjir. Terutama di Kauman / Jl. Jatikusuman Raya, sebagian komplek Perumahan Pondok Majapahit II, Batursari Asri, Kampung Perbalan dan jalan raya depan Pasar Mranggen sampai sekitar kantor Polsek Kecamatan Mranggen.
Dari survei diperoleh keterangan data bahwa banjir terjadi sebagai akibat arus air dari arah Selatan, baik yang melalui saluran jalan Jatikusuman Raya maupun yang melalui sungai/ kali Bagong sebelah Pasar Mranggen. Sehingga pada saat terjadi genangan air/ banjir, kegiatan di pasar Mranggen dan Pasar Sepeda / Hewan Batursari praktis terganggu. Demikian pula arus lalu lintas Semarang – Purwodadi yang melintasi depan pasar, sehingga kemacetan lalu lintas di jalan ini tidak dapat dielakkan. Sedangkan banjir yang terjadi di sekitar Perumahan Batursari Asri di musim penghujan, disebabkan karena melimpahnya air sungai / kali Bagong yang kondisinya dangkal dan banyak sampah.
Di wilayah ini sebenarnya terdapat beberapa saluran drainase pembagi yang melewati kota, namun rata-rata kondisinya sudah kurang terawat dan dangkal sehingga bila terjadi hujan deras beberapa jam saja dapat dipastikan airnya meluap. Beberapa saluran ini di antaranya adalah : Saluran yang melewati sebelah kantor kecamatan lama menuju Suburan, saluran yang melewati sebelah Polsek, saluran Jalan Jatikusuman / Kauman, saluran yang melewati sebelah SMK Bhakti Nusantara Bandungrejo dan saluran-saluran kecil lainnya.
Penanganan yang dipandang efektif dalam menangani genangan air ini adalah mengadakan normalisasi saluran dan sungai yang sudah ada serta mengadakan sosialisi kepada masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat terutama dalam mengelola limbah dan membuang sampah kota. Sistem jaringan drainase di Kota Mranggen:
Seperti diketahui, saat ini jalan utama Kota Mranggen sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas yang ada. Di sepanjang jalan depan Pasar Mranggen sampai pasar Ganefo sangat rawan kemacetan. Setiap pagi antara jam 06.30 WIB sampai 08.00 seringkali terjadi kemacetan lau lintas di persilangan “rel” Kereta Api” Brumbung, demikian pula di depan Pasar Mranggen. Keadaan ini semakin parah bila terjadi hujan dan sebagian jalan tergenang air. Oleh karena itu, untuk menanggulangi masalah ini di Kota Mranggen sebaiknya disediakan jalan lingkar dengan fungsi Kolektor yang berfungsi membagi arus kendaran yang melewati dalam Kota Mranggen. Jalan lingkar ini sebaiknya dibuat mulai dari Barat (Desa Bandungrejo) dan melingkar disebelah utara kota ke Timur sampai Desa Kembangarum. Embrio untuk jalan kolektor ini sebenarnya sudah ada, hanya sebagian masih berupa tanah sawah tadah hujan dan dikuasai oleh penduduk.
Dengan telah dibuatnya jalan ini, Kota Mranggen akan memiliki pola jalan radial, dan dimungkinkan akan timbul jalan-jalan lokal yang memiliki akses menuju jalan utama. Sehingga secara tidak langsung akan berpotensi besar mengembangkan kawasan terbangun di bagian Utara Kota.
Dari Analisis sistem lalu lintas di Kota Mranggen dapat disimpulkan, bahwa penyebab terjadinya kemacetan di jalan utama Mranggen adalah terjadinya “cross traffic” antara kegiatan pasar, berupa sepeda, sepeda motor, dokar, becak dan pangkalan truk yang ada di depan pasar Mranggen serta angkutan kota yang berhenti di sembarang tempat di depan pasar, sedangkan di Brumbung disebabkan adanya percampuran dengan kegiatan Pasar Ganefo dan persilangan rel kereta api.
Seperti diterangkan di depan, solusi yang dapat dipakai adalah membuat jalan lingkar Utara Kota Mranggen mulai dari Desa Bandungrejo sampai Desa Kembangarum. Sedangkan untuk menghilangkan kesemrawutan lalu lintas di depan Pasar Mranggen, sebaiknya di sediakan Pangkalan Truk yang lokasinya di luar jalan utama kota, dan pembuatan beberapa halte di sepanjang jalan depan pasar sebagai lokasi khusus dimana para penumpang menunggu kendaraan yang akan mereka tumpangi. Disamping itu juga diperlukan adanya rute angkutan kota, baik bus maupun station yang menghubungkan perumahan Pucanggading dengan pasar Mranggen lewat jalan Batursari- Mranggen.
Mranggen merupakan ibukota kecamatan yang diarahkan untuk berkembang bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran tingkat regional kecamatan. Perkantoran dimaksud akan berupa kantor pemerintahan skala kecamatan dan perkantoran swasta.. Dengan semakin besarnya animo masyarakat dan terutama pemilik modal untuk membangun usahanya di kota Mranggen, diperkirakan nilai tanah dikota ini akan cepat naik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengaturan tata bangunan yang mengedepankan efisiensi dan efektifitas lahan.
Masyarakat desa Mranggen dalam penerapan nilai-nilai demokrasi sangatlah maju, pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan dilakukan dengan musyawarah bersama lembaga-lembaga desa seperti Ketua RT, Ketua RW, anggota LKMD dan BPD yang dipimpin oleh Kepala Desa. Dalam permusyawarahan mengedepankan keputusan yang mempunyai kemanfaatan dengan pertimbangan skala prioritas yang memberikan kemanfaatan secara maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar