Kota Mranggen terletak terletak di jalan regional Semarang -
Purwodadi, kurang lebih 11 Km Timur Kota Semarang. Luas wilayah Kota
Mranggen 260.012 Ha, dengan batas-batas sbb : Utara : Desa Jamus,Menur,
Ngemplak dan Tamansari Selatan : Desa Banyumeneng, Kangkung dan Desa
Sumber rejo. Timur : Desa Tamansari, Kalitengah dan Desa Kuripan
Kec.Karangawen Barat : berbatasan dengan kecamatan Pedurungan kota
Semarang.
Sebagai ibukota kecamatan, Kota Mranggen termasuk kota kecil yang
paling cepat berkembang. Beberapa tahun terakhir ini, Kota Mranggen
menunjukkan perkembangannya yang sangat menonjol. Variasi kegiatan
ekonomi penduduknya berkembang dengan signifikan. Semua ini mendorong
terciptanya pola penggunaan tanah yang semakin kompleks dan beragam.
Saat ini, Kota Mranggen memiliki fasilitas pasar umum yang sangat
dominan mewarnai hampir semua kegiatan yang ada di sekitarnya.
Keberadaan fasilitas perdagangan yang ada di jalan regional Semarang –
Purwodadi ini menjadi pemicu tumbuhnya berbagai kegiatan, fasilitas
ekonomi, sosial dan berkembangnya kawasan – kawasan terbangun baru.
Hampir semua fasilitas perdagangan, jasa dan sosial berkembang pesat di
pusat Kota Mranggen. Mulai dari sarana perdagangan / ekonomi, jasa,
pendidikan, transportasi, permukiman dan sebagainya. Bahkan
fasilitas-fasilitas sosial tingkat regional / kecamatanpun ada di pusat
kota ini. Seperti Kantor Kecamatan, Kantor Kepolisian, SLTP, SMU/ SMK,
Bank, Kantor Notaris, Apotek, BKIA, Toko Swalayan, Dealer Kendaraan,
jasa perbengkelan dan sebagainya. Perkembangan pusat kota ini nampaknya
banyak dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Kota Semarang, dimana
luberan (Aglomerasi) Kota Semarang telah terjadi. Di Kota Mranggen,
muncul kecenderungan tumbuh kawasan permukiman baru (ekstensifikasi) dan
semakin tingginya kepadatan bangunan (intensifikasi) serta semakin
beragamnya penggunaan tanah di sekitar jalan raya Semarang - Mranggen.
Percepatan tumbuhnya kawasan terbangun ini dipicu juga dengan adanya
beberapa pabrik dan / industri yang ada di Penggaron dan Karangawen.
Masih relatif murahnya harga tanah di Kota Mranggen nampaknya juga ikut
mendorong lajunya pertumbuhan kawasan terbangun. Tanah kosong yang
berada di antara tanah terbangun yang beberapa tahun lalu masih berupa
tegalan / sawah tadah hujan, akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh
permukiman penduduk. Seperti di Desa Bandungrejo bagian Utara, Batursari
bagian Utara, Brumbung bagian Utara serta Desa Mranggen bagian Timur .
pasar mranggen sekarang
rencana pembangunan pasar modern mranggen
Sedangkan Kota Mranggen bagian Selatan (yaitu termasuk wilayah Desa
Batursari dan Desa Kebonbatur) dominasi penggunaan tanahnya adalah untuk
permukiman. Perkembangan lahan terbangun di wilayah ini yang sangat
cepat sebagai kawasan permukiman nampak jelas selama lima tahun
terakhir. Hal ini sebagai akibat adanya pengusahaan / swasta /
pengembang (investor) di kedua Desa ini. Mengingat permukiman juga pasti
membutuhkan fasilitas sosial sebagai pendukungnya maka rencana
penggunan tanah Kota Mranggen terutama di Bagian Selatan ini perlu
disiapkan secara matang. Walaupun dari “pengembang” sudah disiapkan
beberapa fasilitas pendukungnya namun untuk mengantisipasi berkembangnya
volume dan ragam kebutuhan lahan di masa yang akan datang, perlu
disiapkan rencana yang lebih baik.
Pola pergerakan penduduk di Kota Mranggen secara umum memengaruhi
“struktur dan bentuk kota yang akan direncanakan. Kota Mranggen yang
berbatasan dengan Kota Semarang dan dilalui oleh jalur ekonomi Semarang –
Purwodadi memiliki potensi pertumbuhan kota yang sangat kuat. Pusat
pelayanan ekonomi yang ada di Pasar Mranggen telah menarik
potensi-potensi kegiatan ekonomi dan daerah hinterland berorientasi ke
fasilitas tersebut (pasar). Akibatnya peruntukan lahan di sekitar pasar
menjadi demikian padat dan rapat dengan berbagai aktivitas kota, baik
aktifias ekonomi maupun aktivitas sosial. Daerah terbangun baru dan
kecenderungan terjadinya alih fungsi peruntukan lahan berkembang pesat
di sekitar pasar Mranggen. Pemicu proses perkembangan ini sebagian besar
adalah para pendatang dari Kota Semarang yang jeli melihat prospek
ekonomi yang terjadi di Kota Mranggen. Pertumbuhan yang cepat ini telah
menyebabkan Kota Mranggen berkembang secara “alamiah” sesuai dengan
kehendak penduduknya. Beberapa tahun terakhir ini, keberadaan
pabrik-pabrik di sepanjang perbatasan Kota Mranggen – Semarang, telah
besar pengaruhnya terhadap munculnya kawasan-kawasan permukiman baru,
serta pola dan bentuk tata guna lahan yang ada di Kota Mranggen terutama
di Desa Bandungrejo, Mranggen dan Batursari. Hal ini dapat dilihat di
sepanjang jalur jalan Pasar Mranggen menuju Komplek Perumahan.
Pucanggading dimana telah berkembang daerah permukiman di sekitar Dukuh
Ndaleman Dukuh Gebangsari dan desa Mranggen Bagian Selatan.
Sebagian besar topografi tanah di Kota Mranggen merupakan tanah datar
dan hanya sebagian kecil yang agak cekung / rendah (yaitu di Desa
Batursari dan Mranggen bagian Utara). Oleh karenanya, di kedua Desa ini
di musim penghujan sering terjadi genangan air/ banjir. Terutama di
Kauman / Jl. Jatikusuman Raya, sebagian komplek Perumahan Pondok
Majapahit II, Batursari Asri, Kampung Perbalan dan jalan raya depan
Pasar Mranggen sampai sekitar kantor Polsek Kecamatan Mranggen.
Dari survei diperoleh keterangan data bahwa banjir terjadi sebagai
akibat arus air dari arah Selatan, baik yang melalui saluran jalan
Jatikusuman Raya maupun yang melalui sungai/ kali Bagong sebelah Pasar
Mranggen. Sehingga pada saat terjadi genangan air/ banjir, kegiatan di
pasar Mranggen dan Pasar Sepeda / Hewan Batursari praktis terganggu.
Demikian pula arus lalu lintas Semarang – Purwodadi yang melintasi depan
pasar, sehingga kemacetan lalu lintas di jalan ini tidak dapat
dielakkan. Sedangkan banjir yang terjadi di sekitar Perumahan Batursari
Asri di musim penghujan, disebabkan karena melimpahnya air sungai / kali
Bagong yang kondisinya dangkal dan banyak sampah.
Di wilayah ini sebenarnya terdapat beberapa saluran drainase pembagi
yang melewati kota, namun rata-rata kondisinya sudah kurang terawat dan
dangkal sehingga bila terjadi hujan deras beberapa jam saja dapat
dipastikan airnya meluap. Beberapa saluran ini di antaranya adalah :
Saluran yang melewati sebelah kantor kecamatan lama menuju Suburan,
saluran yang melewati sebelah Polsek, saluran Jalan Jatikusuman /
Kauman, saluran yang melewati sebelah SMK Bhakti Nusantara Bandungrejo
dan saluran-saluran kecil lainnya.
Penanganan yang dipandang efektif dalam menangani genangan air ini
adalah mengadakan normalisasi saluran dan sungai yang sudah ada serta
mengadakan sosialisi kepada masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat
terutama dalam mengelola limbah dan membuang sampah kota. Sistem
jaringan drainase di Kota Mranggen:
Seperti diketahui, saat ini jalan utama Kota Mranggen sudah tidak
mampu lagi menampung arus lalu lintas yang ada. Di sepanjang jalan depan
Pasar Mranggen sampai pasar Ganefo sangat rawan kemacetan. Setiap pagi
antara jam 06.30 WIB sampai 08.00 seringkali terjadi kemacetan lau
lintas di persilangan “rel” Kereta Api” Brumbung, demikian pula di depan
Pasar Mranggen. Keadaan ini semakin parah bila terjadi hujan dan
sebagian jalan tergenang air. Oleh karena itu, untuk menanggulangi
masalah ini di Kota Mranggen sebaiknya disediakan jalan lingkar dengan
fungsi Kolektor yang berfungsi membagi arus kendaran yang melewati dalam
Kota Mranggen. Jalan lingkar ini sebaiknya dibuat mulai dari Barat
(Desa Bandungrejo) dan melingkar disebelah utara kota ke Timur sampai
Desa Kembangarum. Embrio untuk jalan kolektor ini sebenarnya sudah ada,
hanya sebagian masih berupa tanah sawah tadah hujan dan dikuasai oleh
penduduk.
Dengan telah dibuatnya jalan ini, Kota Mranggen akan memiliki pola
jalan radial, dan dimungkinkan akan timbul jalan-jalan lokal yang
memiliki akses menuju jalan utama. Sehingga secara tidak langsung akan
berpotensi besar mengembangkan kawasan terbangun di bagian Utara Kota.
Dari Analisis sistem lalu lintas di Kota Mranggen dapat disimpulkan,
bahwa penyebab terjadinya kemacetan di jalan utama Mranggen adalah
terjadinya “cross traffic” antara kegiatan pasar, berupa sepeda, sepeda
motor, dokar, becak dan pangkalan truk yang ada di depan pasar Mranggen
serta angkutan kota yang berhenti di sembarang tempat di depan pasar,
sedangkan di Brumbung disebabkan adanya percampuran dengan kegiatan
Pasar Ganefo dan persilangan rel kereta api.
Seperti diterangkan di depan, solusi yang dapat dipakai adalah
membuat jalan lingkar Utara Kota Mranggen mulai dari Desa Bandungrejo
sampai Desa Kembangarum. Sedangkan untuk menghilangkan kesemrawutan lalu
lintas di depan Pasar Mranggen, sebaiknya di sediakan Pangkalan Truk
yang lokasinya di luar jalan utama kota, dan pembuatan beberapa halte di
sepanjang jalan depan pasar sebagai lokasi khusus dimana para penumpang
menunggu kendaraan yang akan mereka tumpangi. Disamping itu juga
diperlukan adanya rute angkutan kota, baik bus maupun station yang
menghubungkan perumahan Pucanggading dengan pasar Mranggen lewat jalan
Batursari- Mranggen.
Mranggen merupakan ibukota kecamatan yang diarahkan untuk berkembang
bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran tingkat regional
kecamatan. Perkantoran dimaksud akan berupa kantor pemerintahan skala
kecamatan dan perkantoran swasta.. Dengan semakin besarnya animo
masyarakat dan terutama pemilik modal untuk membangun usahanya di kota
Mranggen, diperkirakan nilai tanah dikota ini akan cepat naik. Oleh
karena itu, diperlukan adanya pengaturan tata bangunan yang
mengedepankan efisiensi dan efektifitas lahan.
Masyarakat desa Mranggen dalam penerapan nilai-nilai demokrasi
sangatlah maju, pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan
pembangunan dilakukan dengan musyawarah bersama lembaga-lembaga desa
seperti Ketua RT, Ketua RW, anggota LKMD dan BPD yang dipimpin oleh
Kepala Desa. Dalam permusyawarahan mengedepankan keputusan yang
mempunyai kemanfaatan dengan pertimbangan skala prioritas yang
memberikan kemanfaatan secara maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar